Jumat, 13 Juni 2008

Sebelum Radang Paru, Segera Vaksin Si Kecil



INSYA ALLAH DENGAN KID HONEY PENYAKIT PARU-PARU PADA ANAK BISA DI CEGAH DAN DIOBAT. AMIN

HABBATUSSAUDA OBAT SEGALA MACAM PENYAKIT KECUALI KEMATIAN (HR. BUKHARI MUSLIM) MADU OBAT YANG MENYEMBUHKAN BAGI MANUSIA (QS: AN-NAHL: 69) UNTUK PEMESANAN HUBUNGI BIN MUHSIN HP:085227044550 EMAIL: binmuhsin_group@yahoo.co.id friendster: ujang_bmz@yahoo.co.id
===

ANGKA KESAKITAN dan kematian bayi dan balita akibat penyakit pneumonia (radang paru) yang disebabkan kuman pneumokokus sangat tinggi. Untuk menekan angka kasus penularan infeksi ini pada bayi dan balita, intervensi aktif untuk menghindari kuman pneumokokus perlu dilakukan melalui pemberian vaksin kepada bali dan balita.

Ketua Divisi Tumbuh Kembang Pediatri Sosial Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dr Soedjatmiko SpA (K), dalam media edukasi, Selasa (29/4), di Jakarta menyatakan upaya untuk menekan laju morbiditas dan mortalitas bayi dan balita perlu keterlibatan lebih besar dari komponen masyarakat, terutama orang tua, tenaga kesehatan, media massa serta pemuka masyarakat.

Pemberian vaksinasi dibutuhkan sebagai tindakan preventif yang efektif sebelum terserang penyakit berbahaya ini. Bila dilakukan perbandingan, biaya pengobatan bagi penderita IPD dengan biaya vaksinasinya terdapat perbedaan yang signifikan, sehingga perlu dilakukan usaha untuk merubah pola pikir dari pengobatan ke pencegahan.

Salah satu bentuk intervensi aktif yang dapat dilakukan adalah melalui sosialisasi dan edu kasi, baik melalui media massa maupun tatap muka. Orang tua, terutama kaum ibu diberikan pengetahuan yang cukup tentang bahaya penyakit ini dan akibat yang ditimbulkannya. Di samping itu, sosialiasi dan edukasi diharapkan akan mendorong inisiatif para ibu untuk memberikan vaksinasi kepada anaknya.

Di sisi lain, keterlibatan pemerintah dalam mensukseskan program edukasi ini sangat diperlukan sehingga masyarakat memiliki akses yang lebih luas dan pada akhirnya akan menurunkan angka kematian pada bayi dan balita akibat infeksi pneumokokus. Dengan demikian manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat luas.

Sejauh ini, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan Indonesia menempati urutan keenam di dunia dengan jumlah kasus pneumonia terbanyak pada anak. Setengah dari kasus pneumonia disebabkan oleh kasus pneumokokus, sehingga diperlukan intervensi aktif untuk pencegahan dengan vaksinasi selain nutrisi yang cukup, pemberian ASI eksklusif dan zinc.

Penyakit pneumonia tergolong dalam penyakit infeksi pneumokokus yang invasif dan merupakan sekelompok penyakit yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumonia (pneumokokus). Penyebarannya melalui darah (invasif) ke organ-organ penting seperti selaput otak, paru, telinga tengah dan menyebabkan kematian utama satu juta bayi dan balita setiap tahunnya di seluruh dunia. Penyakit ini paling banyak menyerang anak-anak di bawah usia 2 tahun.

Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) WHO tahun 2007 mencatat, penyakit infeksi pneumokokus invasif merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang tinggi di seluruh dunia. Penyakit ini diperkirakan menyebabkan 1 juta kematian anak-anak yang berumur di bawah lima tahun per tahunnya.

Pada Maret 2007, WHO bahkan mengeluarkan rekomendasi penting mengenai vaksin pneumokokus konjugasi (PCV-7) yaitu negara-negara di dunia harus memprioritaskan penggunaan vaksin pneumokokus konjugasi dalam program imunisasi nasional. Rekomendasi ini terutama berlaku bagi negara dengan lebih dari 50 kematian/ 1000 kelahiran hidup anak balita maupun negara dengan lebih dari 50.000 kematian balita per tahun.

Rekomendasi tersebut telah ditindaklanjuti oleh para pakar ilmu kesehatan anak bahkan di Asia pun telah dibentuk suatu kelompok kerja aliansi str ategis penyakit pneumokokus, yaitu Asian Strategic Alliance for Pneumococcus Disease (ASAP) yang diwakili oleh dokter anak di Asia termasuk Indonesia. Bagi negara-negara berkembang, vaksin PCV-7 merupakan prioritas utama yang dapat diintegrasikan pada jadual imunisasi rutin dan sebaiknya dimulai sebelum usia 6 bulan.

Ikatan dokter anak Indonesia (IDAI) telah menerbitkan rekomendasi dan petunjuk pemakaian dari vaksin pneumokokus ini sejak bulan Juni 2006 yang lalu. Vaksin Pneumokokus ini mulai diberikan pada usia 2 bulan, 4 bulan dan 6 bulan dan diberikan 1 dosis lagi pada usia 12 - 15 bulan sebagai booster / penguat. Pemberian vaksinasi IPD ini dianjurkan sedini mungkin untuk dapat meningkatkan efektifitas sehingga proteksi / perlindungannya dapat mencapai level yang optimal.

SUMBER:

http://www.kompas.com/read/xml/2008/04/29/18042184/sebelum.radang.paru.segera.vaksin.si.kecil


Evy Rachmawati
Sumber : KOMPAS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar