Senin, 16 Juni 2008

Penderita 'Diabetes Mellitus' Beresiko Alami Disfungsi Seksual

===
Kapanlagi.com - Kaum pria penderita Diabetes Mellitus type 2, terutama mereka yang kelebihan berat badan, seringkali memiliki testosterone (kadar hormone laki-laki) dengan tingkat yang rendah, sehingga membuat mereka mempunyai kecenderungan untuk mengalami disfungsi seksual, demikian hasil penelitian terkini mengungkapkan.

Penelitian tersebut yang melibatkan sebanyak 355 pria penderita diabetes type 2 diatas usia 30 tahun dan menemukan 17% diantaranya memiliki kadar testosteron yang rendah atau yang disebut 'hypogonadisme'. Sementara 25% diantaranya memiliki kadar testosteron yang berada di 'perbatasan'.

Obesitas merupakan 'penunjuk yang signifikan' akan rendahnya testosteron.

"Hasil penelitian ini telah memperlihatkan bahwa adanya prevalensi yang tinggi akan kondisi hypogonadisme pada pria penderita diabetes type 2," demikian pendapat yang disampaikan Dr Dheeraj Kapoor dari rumah sakit Barnsley dari yayasan NHS, yang bekerja sama dengan rekan-rekan ilmuwan dari Inggris, yang menuangkan hasil penelitian mereka dalam makalah yang dimuat dalam jurnal kedokteran 'Diabetes Care'.

Gejala utama akan rendahnya tingkat testosteron mengurangi atau bahkan menghilangkan daya kemampuan seksual, mengurangi kemampuan berereksi, kelelahan, menurunkan stamina fisik dan menyebabkan perobahan suasana hati (mood), demikian dikemukakan oleh tim Kapoor dalam jurnal edisi terkini tersebut.

Disfungsi ereksi adalah geala utama yang terjadi dan menimpa 70% pria penderita diabetes dengan testosteron yang rendah, diikuti dengan rendahnya minat atau gairah seksual sebanyak 63%.

Disfungsi ereksi adalah hal yang umum dialami oleh pria penderita diabetes, demikian tim Kapoor mengatakan. Sebagai tambahan dari kondisi testosteron berkadar rendah adalah disfungsi ereksi yang kemungkinan disebabkan oleh penyakit pada pembuluh darah, atau masalah dengan syaraf yang mengatur fungsi bagian dalam tubuh dan kondisi seperti itu dikenal dengan sebutan autonomic neurophaty.

Masalah yang dialami para pasien DM type 2 seringkali merupakan kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Para peneliti juga mencatat bahwa pria yang gagal merespons terhadap ovat-obatan sejenis Viagra umumnya memiliki testosterone dalam tingkat rendah.

Dalam dua penelitian sebelumnya, para pria yang testosteronnya pada tingkat rendah menjalani 'therapy testosterone' pengganti, sehingga mengubah mereka dari kelompok yang tak merespon Viagra menjadi kelompok merespon Viagra.

Therapy testosterone juga mengakibatkan keadaan perobahan ke arah perbaikan peningkatan respons terhadap insulin, pengontrolan gula darah, tingkat kolesterol yang jauh lebih baik, serta berkurangnya berat badan pada pria penderita DM type 2 yang memiliki kadar testosterone rendah.

Hasil penelitian ini menemukan sejumlah bukti bahwa pendeteksian kadar testosterone yang rendah pada penderita diabetes type 2 sangatlah penting tak hanya bagi kehidupan seksualnya tetapi terutama untuk kesehatan mereka. (*/bun)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar