Senin, 19 Mei 2008

Madu dan Diabetes

Pemahaman awam bahwa diabetes disebabkan oleh gula dan oleh karenanya orang yang sakit diabetes harus menghindari gula, ternyata tidak sepenuhnya benar. Ternyta tidak seluruh gula dapat menyebabkan diabetes.

Komponen gula terbesar yang berada di dalam madu adalah fructose yaitu jenis monosacharida yang dihasilhkan dari pemecahan gula disacharida yang terjadi di dalam perut lebah. Berbeda dengan gula disacharida yang memerlukan enzyme untuk dapat diserap tubuh, gula monosacharida dengan mudah dapat diserap tubuh tanpa memerlukan bantuan enzyme lagi.

Jadi berbeda dengan gula tebu yang berupa sucrose dari jenis disacharida yang memerlukan enzyme untuk dapat diserap tubuh, dan apabila enzyme tersebut berkurang maka timbullah penyakit gula – maka tidak demikian halnya dengan gula yang berasal dari madu. Madupun aman bahkan bagi para penderita diabetes.

Lebih jauh lagi, madu ternyata juga sangat efektif untuk mengobati luka akibat sakit diabetes yang sudah parah – dan ketika seluruh jenis obat sudah tidak mempan lagi. Berikut adalah kisah nyata yang belum lama ini dimuat di Journal of Family Practice.

Diceritakan di dalam journal tersebut seorang laki-laki yang berusia 79 tahun dan menderita diabetes golongan 2 yang sudah parah. Segala bentuk pengobatan modern telah ditempuh bahkan lelaki ini selama 14 bulan telah lima kali masuk rumah sakit dan 4 kali menjalani operasi. Biaya yang dikeluarkan telah mencapai US$ 390,000,- (Sekitar 3.5 milyar rupiah). Dengan segala upaya tersebut luka yang menganga di dua tempat sebesar 8 cm x 5 cm dan 3 cm x 3 cm tetap tidak sembuh meskipun telah diberi antibiotic terbaik yang ada. Bahkan lelaki tersebut telah kehilangan dua jarinya.

Lebih buruk lagi, dua team dokter yang menangani pasien tersebut berusaha meyakinkan pasien bahwa ia perlu diamputasi kakinya mulai lutut ke bawah karena apabila tidak maka nyawanya terancam. Pasien menolak amputasi tersebut dan sebelum dia mendapatkan informasi tentang madu, pasien ini kehilangan satu jari lagi.

Setelah mendapatkan informasi tentang madu, pasien ini mulai membeli madu di super market – mengoleskan pada luka-lukanya dan meninggalkan pengobatan dengan antibiotic lainnya. Karena pengobatan sekarang hanya dengan madu maka biayanya menjadi jauh lebih murah.

Dua minggu setelah menjalani pengobatan dengan madu, jaringan di tempat lukan mulai hidup kembali. Dalam rentang waktu 6 – 12 bulan, pasien tersebut telah sepenuhnya pulih kembali dan lukanya tidak kambuh kembali.

Maha suci Allah dengan kekuasaanNya dan kebenaran firmanNya. (IQ)
SUMBER:
http://safamedical.com/list.asp?c=5&j=5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar