Jumat, 18 April 2008

Rematik Menurunkan Kualitas Hidup

Habbatussauda obat rematik INSYA ALLAH DENGAN HABBATUSSAUDA PENYAKIT REMATIK BISA DIOBATI. AMIN.

Habbatussauda obat segala macam penyakit kecuali kematian (HR. Bukhari - Muslim) Untuk pemesanan hubungi Bin Muhsin di HP: 085227044550 email: binmuhsin_group@yahoo.co.id atau kunjungi http://www.binmuhsinhabbatussauda.blogspot.com

Pdpersi, Jakarta - Rematik, bukan penyakit yang asing. Penyakit ini merupakan keluhan terbanyak yang dialami setelah masalah infeksi. Namun, hingga kini rematik masih menjadi penyakit misterius. Secara medis, memang belum ditemukan dengan pasti, yang menyebabkan seseorang terserang rematik. Tetapi diketahui, sebagian besar penderita rematik, ternyata memiliki beban yang berlebihan saat melakukan pekerjaan.

Menurut dr Aris Wibudi SpPD dari Subbagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Angkatan Darat Gatot Soebroto, kendati rematik bukan penyakit yang menyebabkan kematian, tapi dapat menurunkan kualitas hidup penderitanya sampai 24 persen hingga 31 persen.

“Pada prosesnya penyakit rematik termasuk golongan regeneratif yang berdiri sendiri dan tidak menular ke penyakit lain. Seseorang yang terkena penyakit ini dapat terganggu aktivitasnya dalam melakukan pekerjaan, yang secara tidak langsung tentu dapat mengganggu produktivitas kerja,” ujar dr Aris usai seminar “Jahe dan Lengkuas untuk Penykit Rematik, Rabu (30/8), kepada pdpersi co.id.

Penyakit rematik merupakan sekelompok besar gangguan yang berhubungan dengan proses inflamasi (radang) yang mengenai organ atau sistem lokomotor yang terdiri dari tulang, sendi, otot, tendon dan jaringan ikat lainnya.

Dalam ilmu kedokteran, tambah dr Aris, diketahui lebih dari 100 jenis kelainan yang tergolong penyakit rematik baik yang menyangkut sendi atau alat-alat di luar sendi. Yang termasuk dalam golongan besar penyakit rematik ini antara lain nyeri tulang belakang bagian bawah (low back pain), tennis elbow, tension headache, osteoartritis, spondilitis dan rematoid artritis.

Lebih lanjut dr Aris menjelaskan, rematik biasanya menyerang tulang rawan sendi seseorang yang melakukan pekerjaan atau olahraga secara berlebihan dengan menggunakan lutut. Misalnya, sopir dan pelari, mudah terserang penyakit ini. Faktor makanan, iklim, mandi malam, tidak mempengaruhi seseorang terkena rematik. Tapi, faktor keturunan dapat menyebabkan seseorang terkena rematik.

“Kalau penyakit ini terdeteksi secara dini, dapat mengurangi rasa sakit pada sendi. Tapi, kalau dibiarkan atau tidak disembuhkan, akan mengganggu, terutama untuk berjalan dan mobilitas kerja,” katanya.

Artritis atau Radang Sendi

Berdasarkan lokasi gangguan, penyakit rematik ini di bagi menjadi dua kelompok besar. Organ diluar sendi dan organ sendi. Pada kelompok diluar sendi, mencakup 50 persen hingga 60 persen penyakit rematik. Termasuk dalam kategori ini antara lain, tennis elbow, golfer dan frozen shoulder. Pada kelompok ini, jelas dr Aris, 90 persen dapat disembuhkan baik secara medis maupun terapi alternatif.

Pada kelompok organ sendi, dikenal dengan istilah artritis atau radang sendi. Kelompok ini mencakup 40 persen hingga 50 persen dari penyakit rematik. Termasuk dalam kategori ini, Osteoartritis (OA), Rheumatoid Artritis (RA), Spondilitis dan Gout.

“Dari sederet kelainan di atas, osteoartritis merupakan kelompok artritis atau radang sendi yang paling banyak, diperkirakan mencapai 30% dari seluruh radang sendi,” ujar dr Aris.

Gejala klinis artritis atau radang sendi, papar dr Aris, antara lain nyeri sendi, kaku sendi, bengkak sendi, perubahan bentuk sendi, dan gangguan fungsi sendi. Sedangkan lokasi yang sering terkena serangan artritis adalah sendi tulang leher (cervical V-VII), sendi tulang belakang daerah pinggang (Lumbal III-V), sendi panggul, sendi lutut dan sendi pergelangan kaki.

Lalu, bagaimana pengobatan Osteoartritis, yang merupakan keluhan radang sendi terbanyak ini? Menurut dr Aris, Osteoartritis adalah penyakit sendi degeneratif yang bersifat dan ditandai dengan penipisan rawan sendi, perubahan tepi sendi dan perubahan tulang subkondral. Pengobatannya merupakan merupakan tindakan terpadu dan memerlukan jangka panjang bahkan seumur hidup. Pengobatan ini, bertujuan memperbaiki kualitas hidup sehingga dapat hidup senormal mungkin untuk dapat menjalankan kehidupan sehari-harinya.

“Tindakan terpadu tersebut adalah penurunan berat badan, olahraga, rehabilitasi dan terapi farmakologik dengan obat-obatan,” kata dr Aris.

Terapi farmakologik, memang dapat mengatasi penyakit rematik. Dr Aris mengungkapkan, ada tiga golongan besar obat yang dipakai untuk mengatasi penyakit ini. Yakni NSAID (Non Steroidal Anti Infalammatory Drugs), Glukokortikod dan SAARD (Slow Acting Anti Rheumatic Drug).

Secara prinsip, obat-obat yang diberikan bersifat mengurangi atau meniadakan reaksi radang yang mengakibatkan kehancuran sendi. Sayangnya, pemberian obat tersebut berefek samping pada pendarahan lambung akibat penghambatan total proses peradangan, baik jalur 1 (Cox 1) maupun 2 (Cox 2).

“Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini menunjukan bahwa jalur Cox 1 bersifat memberikan perlindungan, sedangkan jalur Cox 2 itulah yang bersifat menghancurkan sendi melalui reaksi radang. Itulah sebabnya, perlu dicari berbagai obat yang hanya menghambat Cox2 saja,” cetus dr Aris.

Cakrawala Lainnya :
Globalisasi di Sektor Rumah Sakit Bentuk Kolonialisme Baru
Dengan Bedah Laparoskopi, Fungsi Usus Bisa Cepat Normal
Menkes: Upaya Mengehentikan Rokok pada Anak Dimulai dari Keluarga
Pemberian Insulin Dini Penderita DM Bisa Cegah Komplikasi
Penanggulangan Malaria Terkendala Peningkatan Resistensi Obat

HABBATUSSAUDA OBAT SEGALA MACAM PENYAKIT KECUALI KEMATIAN (HR. BUKHARI MUSLIM) UNTUK PEMESANAN HUBUNGI BIN MUHSIN HP:085227044550 EMAIL: binmuhsin_group@yahoo.co.id friendster: ujang_bmz@yahoo.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar