Selasa, 15 April 2008

Its All About Nigella sativa (Scientific)

Jintan hitam / Nigelle / Kalonji (640x548)

Nigelle (Nigella sativa L.)

Afrique du nord :

arabe : albashma, ES-SANOUJE, habat albaraka(Litt.: graine bénie), Habbah sauda, Habbet el beraka(Litt.: graines de la grâce), Kamûn aswad, Sanouz, sânûj, Shunez, Shûnîz, Sinouj,

Asie du sud-est :

indonésien : jinten hitam,

malais : jintam hitam,

Asie indienne :

cingalais : Kaluduru,

hindi : ???? ???? (Kaalaa jiira), kâlajîra, Kalonji, Kalounji, Krishna jeeraka, Munga reala,

kannada : Karijirigae,

malayalam : Karunjirakam,

ourdou : Kulanjan,

sanscrit : Krishna jiraka,

tamoul : Karunjeerakam,

telougou : Nallajirakara,

Asie moyen-orientale :

farsi : siâh dâneh(désigne les graines), syaa daana,

turc : Çörekotu, Karamuk, Sehniz,

Asie orientale :

chinois : pei hei zhong cao,

Europe centrale :

polonais : Czarnuszka siewna,

Europe de l'est :

russe : Charnushka, ???????? ???????? (Chernushka posevnaia),

Europe de l'ouest :

allemand : Nigella, Schwarzkümmel, Zwiebelsame,

anglais : Black caraway, Black cumin, Black seed, Devilinthebush, Fennel flower, Loveinamist, Nigella, Onion seed, Roman coriander,

carolingien (VIIIe) : Git,

espagnol castillan : Agenuz, Agenuz comun, Ajenuz común, Arañuel, Neguilla, Niguilla, Pasionara,

espéranto : nigelo,

français : Cheveux de Vénus, Cumin noir, Fleur de sainte Catherine, Herbe aux épices, Herbe des capucins, Nielle, Nigelle, Nigelle cultivée, Nigelle de Crète, Poivrette,

italien : Cuminella, Erba spezie, Gittaione, Melanzio domestico, Nigella,

latin botanique : Nigella sativa L.,

néerlandais : Nigelle, Zwarte komijn,

occitan : Pebrier de capochin,

portugais : Nigela,

Europe des balkans :

bulgare : ???? (choru),

Europe scandinave :

suédois : Svartkummin,

Source:
http://ibujempol.multiply.com/photos/photo/120/7

Sehat Dengan Habbatussauda

Oleh Redaksi AgroMedia

Rabu, 15 Maret 2006

Ilmu pengobatan dari Timur Tengah memang tidak sepopuler Cina. Namun, negara-negara Arab itu juga menyimpan potensi obat tradisional yang tidak kalah hebatnya dibandingkan dengan ilmu pengobatan Cina, di antaranya adalah habbatussauda. Bagi masyarakat Indonesia, nama habbatussauda masih terdengar asing. Saat ini, hanya kalangan terbatas yang familiar dengan habbatussauda, misalnya kalangan pesantren, kyai, atau kelompok pengajian.

Berbeda dengan di Indonesia, di kawasan Timur Tengah habbatussauda sudah sangat populer sebagai salah satu obat tradisional. Maklum saja, tanaman sejenis rumput ini banyak tubuh subur di sana. Ditambah lagi, habbatussauda termasuk salah satu obat yang dianjurkan Rasul SAW untuk digunakan, selain madu dan pengobatan dengan bekam (kop). Bahkan, menurut ustadz Ridwan-salah satu nara sumber pada bedah buku "Sembuhkan Penyakit dengan Habbatussauda" di Islamic Book Fair 9 Maret 2006 lalu, Nabi Musa AS juga telah menggunakan habbastussauda sebagai sarana untuk menyembuhkan sakit gigi beliau.

Di Indonesia, habbatussauda populer dengan nama jinten hitam atau biji hitam (Nigella sativa L). Biji habbatussauda mengandung crystalline nigellon dan arganine, sebagai stabilisator sistem imunitas tubuh. Selain itu kandungan karotennya mampu melumpuhkan radikal bebas penyebab kanker. Kandungan senyawa-senyawa lain yang tepenting bagi kesehatan tubuh sangat komplet, antara lain 15 macam asam amino, protein, kalsium, sodium, potassium, magnesium, zat besi, omega 3 dan 6, vitamin A, B1, B2, C, E, dan niacin.

Dokter Rini Damayanti, nara sumber lain dalam bedah buku tersebut membenarkan bahwa habbatussauda memang memiliki khasiat secara medis. Menurut dokter yang sangat peduli pada dunia organik dan herbal ini, khasiat yang ada dalam habbatussauda bisa dijelaskan secara ilmiah menurut ilmu kedokeran modern.



Menurut Sufrida Yulianti, penulis buku Sembuhkan Penyakit dengan Habbatussauda, jenis tanaman jinten hitam yang ada di Timur Tengah dengan yang ada di Indonesia berbeda. Warna hitam pada biji jinten dari Indonesia tidak terlalu pekat, sedangkan yang dari Arab warna hitamnya sangat pekat. Ternyata tidak hanya sosoknya, khasiatnya pun berbeda. Jinten hitam asli Timur Tengah ternyata memiliki khasiat lebih baik daripada yang tumbuh di Indonesia sehingga untuk mengobati pasiennya, Sufrida lebih memilih menggunakan biji impor. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi agroklimat Indonesia dan kawasan Timur Tengah yang berbeda.

Hj. Neno Warisman sebagai bintang tamu pada acara bedah buku tersebut menceritakan pengalamannya menggunakan habbatussauda sejak ia berusia 18 tahun. Salah satu manfaat yang dirasakannya adalah daya tahan dan stamina tubuhnya menjadi luar biasa kuat, terutama dalam menghadapi jadwal kegiatannya yang sangat padat. Tidak seperti saat ini, ketika kita dapat dengan mudah menjumpai aneka produk habbtaussauda. Dulu, menurut Neno, saya harus mendatangkan sendiri biji habbatussauda dan meramunya sendiri, sangat repot dan menyita waktu. Namun kini, produk habbatussauda sudah bisa diperoleh dalam bentuk kapsul, bahkan juga tersedia produk habbatussasuda untuk anak yang dicampur dengan madu. Dalam acara bedah buku tersebut juga hadir beberapa orang yang memberikan kesaksian setelah terbebas dari penyakitnya setelah mengonsumsi habbastussauda.

Source:
http://www.agromedia.net/kabar_agromedia/sehat_dengan_habbatussauda.html

1: Phytother Res. 2003 Apr;17(4):299-305./entrez/utils/fref.fcgi?itool=AbstractPlus-def&PrId=3058&uid=12722128&db=PubMed&url=http://dx.doi.org/10.1002/ptr.1309

/entrez/utils/fref.fcgi?itool=AbstractPlus-def&PrId=3058&uid=12722128&db=PubMed&url=http://dx.doi.org/10.1002/ptr.1309 Links

Pharmacological and toxicological properties of Nigella sativa.

· Ali BH,

· Blunden G.

Department of Veterinary Medicine, King Saud University, Buraydah, Al Gaseem 81999, Saudi Arabia.

The seeds of Nigella sativa Linn. (Ranunculaceae), commonly known as black seed or black cumin, are used in folk (herbal) medicine all over the world for the treatment and prevention of a number of diseases and conditions that include asthma, diarrhoea and dyslipidaemia. This article reviews the main reports of the pharmacological and toxicological properties of N. sativa and its constituents. The seeds contain both fixed and essential oils, proteins, alkaloids and saponin. Much of the biological activity of the seeds has been shown to be due to thymoquinone, the major component of the essential oil, but which is also present in the fi ed oil. The pharmacological actions of the crude extracts of the seeds (and some of its active constituents, e.g. volatile oil and thymoquinone) that have been reported include protection against nephrotoxicity and hepatotoxicity induced by either disease or chemicals. The seeds/oil have antiinflammatory, analgesic, antipyretic, antimicrobial and antineoplastic activity. The oil decreases blood pressure and increases respiration. Treatment of rats with the seed extract for up to 12 weeks has been reported to induce changes in the haemogram that include an increase in both the packed cell volume (PCV) and haemoglobin (Hb), and a decrease in plasma concentrations of cholesterol, triglycerides and glucose. The seeds are characterized by a very low degree of toxicity. Two cases of contact dermatitis in two individuals have been reported following topical use. Administration of either the seed extract or its oil has been shown not to induce significant adverse effects on liver or kidney functions. It would appear that the beneficial effects of the use of the seeds and thymoquinone might be related to their cytoprotective and antioxidant actions, and to their effect on some mediators of inflammation. Copyright 2003 John Wiley & Sons, Ltd.

PMID: 12722128 [PubMed - indexed for MEDLINE]



1: Int J Cardiol. 2004 Jan;93(1):19-23./entrez/utils/fref.fcgi?itool=AbstractPlus-def&PrId=3048&uid=14729430&db=pubmed&url=
http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0167527303001086 /entrez/utils/fref.fcgi?itool=AbstractPlus-def&PrId=3048&uid=14729430&db=pubmed&url=http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0167527303001086 Links

Thymoquinone and Nigella sativa oil protection against methionine-induced hyperhomocysteinemia in rats.

· El-Saleh SC,

· Al-Sagair OA,

· Al-Khalaf MI.

Department of Medical Microbiology, College of Sciences, King Saud University, P.O. Box 237, Buraidah 81999, Saudi Arabia. assaleh@ksu.edu.sa

Although the state of hyperhomocysteinemia (HHcy) appears to be associated with higher risks of coronary, cerebral and peripheral vascular disease as well as with a number of other clinical conditions, the underlying molecular mechanisms are not fully elucidated. There is strong evidence, however, that HHcy could induce a pathogenic state of oxidative stress. The interest in modulating the elevated levels of total homocysteine in HHcy and/or their negative impacts through preventive strategies, particularly through the supplementation with vitamins that may be linked to the homeostasis of homocysteine (folate, vitamin B(12), and vitamin B(6)), has increased in recent years. Here we show that active antioxidant components of the traditionally used black seeds of Nigella sativa plant protect against the development of methionine-induced HHcy and its associated state of oxidative stress. Pretreatment of rats with an oral dose of 100 mg/kg of thymoquinone, the main active constituent of the black seed, for 30 min and for 1 week almost completely protected against induced HHcy measured 5 h after methionine load (100 mg/kg). Under similar conditions pretreatment with commercial black seed oil (100 microl/kg) for 30 min and for 1 week produced significant and strong protection levels of 74.2 and 94.5%, respectively. Under the state of induced HHcy there were significant increases in the plasma levels of triglycerides, lipid peroxidation, cholesterol and in the activities of glutathione peroxidase and superoxide dismutase. Catalase activity was not affected. The total antioxidant status, however, was significantly depressed. All of these effects were almost totally blocked by prior treatment with thymoquinone or black seed oil. These findings may contribute towards a protective measure utilizing the black seed against the negative impacts of HHcy.

PMID: 14729430 [PubMed - indexed for MEDLINE]

1: Phytother Res. 2004 Mar;18(3):195-9./entrez/utils/fref.fcgi?itool=AbstractPlus-def&PrId=3058&uid=15103664&db=pubmed&url=http://dx.doi.org/10.1002/ptr.1390 /entrez/utils/fref.fcgi?itool=AbstractPlus-def&PrId=3058&uid=15103664&db=pubmed&url=http://dx.doi.org/10.1002/ptr.1390 Links

Black cumin seed essential oil, as a potent analgesic and antiinflammatory drug.

· Hajhashemi V,

· Ghannadi A,

· Jafarabadi H.

Department of Pharmacology, School of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Isfahan University of Medical Sciences, Isfahan 81746-73461, Iran. vhajhashemi@hotmail.com

The steam-distilled essential oil of Iranian black cumin seed (Nigella sativa L.) was investigated for its composition and analgesic and antiinflammatory properties. After oil analysis by GC/MS, 20 compounds were identified in the oil, obtained in 0.4% (v/w) yield. Among them, para-cymene (37.3%) and thymoquinone (13.7%) were the major components. Acetic acid-induced writhing, formalin and light tail flick tests were used for assessment of analgesic activity. Antiinflammatory activity was evaluated using carrageenan-induced paw oedema in rats and croton oil-induced ear oedema in mice. Black cumin seed essential oil (BCSEO) was found to produce a significant analgesic effect in acetic acid-induced writhing, formalin and light tail flick tests. Naloxone, an opioid antagonist, could not reverse the analgesic effect observed in the formalin test. Although oral administration of BCSEO at doses of 100, 200 and 400 micro L/kg did not exert a significant antiinflammatory effect in the carrageenan test, i.p. injection of the same doses significantly (p <>

PMID: 15103664 [PubMed - indexed for MEDLINE]

1: Int Immunopharmacol. 2005 Dec;5(13-14):1749-70. Epub 2005 Jul 1./entrez/utils/fref.fcgi?itool=AbstractPlus-def&PrId=3048&uid=16275613&db=pubmed&url=http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1567-5769(05)00157-8 /entrez/utils/fref.fcgi?itool=AbstractPlus-def&PrId=3048&uid=16275613&db=pubmed&url=http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1567-5769(05)00157-8 Links

Immunomodulatory and therapeutic properties of the Nigella sativa L. seed.

· Salem ML.

Department of Surgery, Section of Surgical Oncology, Medical University of South Carolina, Charleston, SC 29425, USA. salemm@musc.edu

A larger number of medicinal plants and their purified constituents have been shown beneficial therapeutic potentials. Seeds of Nigella sativa, a dicotyledon of the Ranunculaceae family, have been employed for thousands of years as a spice and food preservative. The oil and seed constituents, in particular thymoquinine (TQ), have shown potential medicinal properties in traditional medicine. In view of the recent literature, this article lists and discusses different immunomodulatory and immunotherapeutic potentials for the crude oil of N. sativa seeds and its active ingredients. The published findings provide clear evidence that both the oil and its active ingredients, in particular TQ, possess reproducible anti-oxidant effects through enhancing the oxidant scavenger system, which as a consequence lead to antitoxic effects induced by several insults. The oil and TQ have shown also potent anti-inflammatory effects on several inflammation-based models including experimental encephalomyelitis, colitis, peritonitis, oedama, and arthritis through suppression of the inflammatory mediators prostaglandins and leukotriens. The oil and certain active ingredients showed beneficial immunomodulatory properties, augmenting the T cell- and natural killer cell-mediated immune responses. Most importantly, both the oil and its active ingredients expressed anti-microbial and anti-tumor properties toward different microbes and cancers. Coupling these beneficial effects with its use in folk medicine, N. sativa seed is a promising source for active ingredients that would be with potential therapeutic modalities in different clinical settings. The efficacy of the active ingredients, however, should be measured by the nature of the disease. Given their potent immunomodulatory effects, further studies are urgently required to explore bystander effects of TQ on the professional antigen presenting cells, including macrophages and dendritic cells, as well as its modulatory effects upon Th1- and Th2-mediated inflammatory immune diseases. Ultimately, results emerging from such studies will substantially improve the immunotherapeutic application of TQ in clinical settings.

PMID: 16275613 [PubMed - indexed for MEDLINE]

1: J Ethnopharmacol. 2005 Sep 14;100(3):295-8./entrez/utils/fref.fcgi?itool=AbstractPlus-def&PrId=3048&uid=16125022&db=pubmed&url=http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0378-8741(05)00214-X /entrez/utils/fref.fcgi?itool=AbstractPlus-def&PrId=3048&uid=16125022&db=pubmed&url=http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0378-8741(05)00214-X Links

Nigella sativa (black seed) oil does not affect the T-helper 1 and T-helper 2 type cytokine production from splenic mononuclear cells in allergen sensitized mice.

· Buyukozturk S,

· Gelincik A,

· Ozseker F,

· Genc S,

· Savran FO,

· Kiran B,

· Yillar G,

· Erden S,

· Aydin F,

· Colakoglu B,

· Dal M,

· Ozer H,

· Bilir A.

Istanbul University, Istanbul Faculty of Medicine, Department of Allergy and Clinical Immunology, Atakoy, 7-8.Kisim Deniz 5/37 Istanbul, Turkey.

Nigella sativa Linn. (Ranunculaceae) is known to have beneficial effects on a wide range of diseases including asthma. However, the mechanism of action in asthma and other allergic diseases is not entirely clear. The present study was planned to evaluate the effects of Nigella sativa on cytokine production of splenic mononuclear cells in ova-sensitized mice. Nineteen two-month-old BALB/c mice were given 0.3 mL of Nigella sativa oil by oro-eosophageal cannula once a day for a month. The control group consisting of 10 mice took 0.3 mL of 0.9% saline solution by the same route for the same period. In the third week of the study, all mice were sensitized by means of intraperitoneal injections of 20 microg of ovalbumin (OVA-Grade VI, Sigma). Ova injections were repeated three times with 7-day intervals. After another week, all mice were sacrificed by means of cervical dislocation. Then the splenic mononuclear cells (MNCs) of mice were cultured with OVA or Concavalin A (Con-A). From the culture supernatants, IL-4, IL-10 and IFN-gamma were assessed by means of ELISA. The cytokine production of splenic MNCs of mice that were given Nigella sativa for 30 days was not significantly different than those who took saline solution instead. In conclusion, Nigella sativa oil seems not to have an immunomodulatory effect on Th1 and Th2 cell responsiveness to allergen stimulation.

PMID: 16125022 [PubMed - indexed for MEDLINE]

1: Phytother Res. 2006 Oct;20(10):869-71./entrez/utils/fref.fcgi?itool=AbstractPlus-def&PrId=3058&uid=16835876&db=pubmed&url=http://dx.doi.org/10.1002/ptr.1964 /entrez/utils/fref.fcgi?itool=AbstractPlus-def&PrId=3058&uid=16835876&db=pubmed&url=http://dx.doi.org/10.1002/ptr.1964 Links

Effects of thymoquinone (volatile oil of black cumin) on rheumatoid arthritis in rat models.

· Tekeoglu I,

· Dogan A,

· Demiralp L.

Yuzuncu Yil University, Medical School, Department of Rehabilitation and Rheumatology, Maras cad. 65100, Van, Turkey. iteke58@yahoo.com

Many studies have been carried out in recent years on the pharmacological effects of nigella sativa seeds that have uncovered their antiinflammatory and immunological effects. The objective of this study was to explore the antiinflammatory effects of thymoquinone on arthritis in rat models. Rats with arthritis induced by Freund's incomplete adjuvant were assigned into five groups: group 1: controls 0.9% NaCl (n = 7); group 2: 2.5 mg/kg thymoquinone (n = 7); group 3: 5 mg/kg thymoquinone (n = 7); group 4: Bacilli Chalmette Guerin (BCG) 6 x 10(5) CFU (n = 7); group 5: methotrexate 0.3 mg/kg (n = 7). Signs of inflammation on the claw and radiological signs were searched for and TNF-alpha and IL-1beta were measured. The results of control and other groups were compared. As a result, thymoquinone, confirmed clinically and radiologically, suppressed adjuvant-induced arthritis in rats. Copyright 2006 John Wiley & Sons, Ltd.

PMID: 16835876 [PubMed - indexed for MEDLINE]

1: Nutr Cancer. 2003;45(2):195-202./entrez/utils/fref.fcgi?itool=AbstractPlus-def&PrId=4487&uid=12881014&db=pubmed&url=http://dx.doi.org/10.1207/S15327914NC4502_09 /entrez/utils/fref.fcgi?itool=AbstractPlus-def&PrId=4487&uid=12881014&db=pubmed&url=http://dx.doi.org/10.1207/S15327914NC4502_09 Links

Chemopreventive potential of volatile oil from black cumin (Nigella sativa L.) seeds against rat colon carcinogenesis.

· Salim EI,

· Fukushima S.

Laboratory of Experimental and Molecular Carcinogenesis, Department of Zoology, Faculty of Science, Tanta University, Tanta 31527-Egypt.

Chemopreventive effects of orally administered Nigella sativa oil on the induction and development of 1,2-dimethylhydrazine-induced aberrant crypt foci (ACF), putative preneoplastic lesions for colon cancer, were investigated in Fischer 344 rats. Starting at 6 wk of age, 45 male rats (groups 1-3) were subcutaneously injected with DMH once a week for 3 wk. Group 1 (15 rats) served as a carcinogen control group without N. sativa administration. Group 2 or 3 (15 rats each) were given the oil in the postinitiation stage or in the initiation stage, respectively. Animals of group 4 (11 rats) were injected with 0.9% saline and received N. sativa oil from the beginning until the termination. At sacrifice, 14 wk after the start, the total numbers of ACF as well as those with at least four crypts were significantly reduced in group 2 (P <>

PMID: 12881014 [PubMed - indexed for MEDLINE]

1: Am J Chin Med. 2004;32(1):49-55./entrez/utils/fref.fcgi?itool=AbstractPlus-def&PrId=3210&uid=15154284&db=pubmed&url=http://www.worldscinet.com/cgi-bin/jsearchpii.cgi?pii=S0192415X04001710 /entrez/utils/fref.fcgi?itool=AbstractPlus-def&PrId=3210&uid=15154284&db=pubmed&url=http://www.worldscinet.com/cgi-bin/jsearchpii.cgi?pii=S0192415X04001710 Links

The effect of Nigella sativa oil on gentamicin nephrotoxicity in rats.

· Ali BH.

Department of Veterinary Medicine, King Saud University, Buraydah, Al Gaseem Branch, Saudi Arabia. alibadreldin@hotmail.com

The pathogenesis of gentamicin (GM) nephrotoxicity has been shown to involve the generation of oxygen free radicals, and several free radical scavengers have been shown to ameliorate the nephrotoxicity. The seeds and oil of Nigella sativa are reported to possess strong antioxidant properties and was effective against disease and chemically-induced hepatotoxicity and nephrotoxicity. Therefore, in the present work, we have tested whether oral treatment of rats with N. sativa oil (0.5, 1.0 or 2.0 ml/kg/day for 10 days) would ameliorate nephrotoxicity of GM (80 mg/kg/day given intramuscularly and concomitantly with the oil during the last 6 days of treatment). Nephrotoxicity was evaluated histopathologically with a light microscope and by measurement of concentrations of urea, creatinine and total antioxidant status (TAS) in plasma and reduced glutathione (GSH) and TAS in kidney cortex. The results indicated that GM treatment caused moderate proximal tubular damage, significantly increased the concentrations of creatinine and urea, and decreased that of TAS and GSH. Treatment with N. sativa oil produced a dose-dependent amelioration of the biochemical and histological indices of GM nephrotoxicity that was statistically significant at the two higher doses used. Compared to controls, treatments of rats with N. sativa did not cause any overt toxicity, and it increased GSH and TAS concentrations in renal cortex and enhanced growth. The results suggest that N. sativa may be useful in ameliorating signs of GM nephrotoxicity in rats, and pending further experimentation to determine safety and efficacy, may be useful clinically.

PMID: 15154284 [PubMed - indexed for MEDLINE]



1: World J Gastroenterol. 2005 Nov 14;11(42):6662-6./entrez/utils/fref.fcgi?itool=AbstractPlus-def&PrId=3661&uid=16425361&db=pubmed&url=
http://www.wjgnet.com/1007-9327/11/6662.asp /entrez/utils/fref.fcgi?itool=AbstractPlus-def&PrId=3661&uid=16425361&db=pubmed&url=http://www.wjgnet.com/1007-9327/11/6662.asp Links

Gastroprotective activity of Nigella sativa L oil and its constituent, thymoquinone against acute alcohol-induced gastric mucosal injury in rats.

· Kanter M,

· Demir H,

· Karakaya C,

· Ozbek H.

Department of Histology and Embryology, Faculty of Medicine, Trakya University, Edirne, Turkey. mehmetkanter65@hotmail.com

AIM: To evaluate the role of reactive oxygen species in the pathogenesis of acute ethanol-induced gastric mucosal lesions and the effect of Nigella sativa L oil (NS) and its constituent thymoquinone (TQ) in an experimental model. METHODS: Male Wistar albino rats were assigned into 4 groups. Control group was given physiologic saline orally (10 mL/kg body weight) as the vehicle (gavage); ethanol group was administrated 1 mL (per rat) absolute alcohol by gavage; the third and fourth groups were given NS (10 mL/kg body weight) and TQ (10 mg/kg body weight p.o) respectively 1 h prior to alcohol intake. One hour after ethanol administration, stomach tissues were excised for macroscopic examination and biochemical analysis. RESULTS: NS and TQ could protect gastric mucosa against the injurious effect of absolute alcohol and promote ulcer healing as evidenced from the ulcer index (UI) values. NS prevented alcohol-induced increase in thiobarbituric acid-reactive substances (TBARS), an index of lipid peroxidation. NS also increased gastric glutathione content (GSH), enzymatic activities of gastric superoxide dismutase (SOD) and glutathione-S-transferase (GST). Likewise, TQ protected against the ulcerating effect of alcohol and mitigated most of the biochemical adverse effects induced by alcohol in gastric mucosa, but to a lesser extent than NS. Neither NS nor TQ affected catalase activity in gastric tissue. CONCLUSION: Both NS and TQ, particularly NS can partly protect gastric mucosa from acute alcohol-induced mucosal injury, and these gastroprotective effects might be induced, at least partly by their radical scavenging activity.

PMID: 16425361 [PubMed - indexed for MEDLINE]

1: J Ethnopharmacol. 2003 Feb;84(2-3):251-8./entrez/utils/fref.fcgi?itool=AbstractPlus-def&PrId=3048&uid=12648823&db=pubmed&url=http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0378874102003240"

/entrez/utils/fref.fcgi?itool=AbstractPlus-def&PrId=3048&uid=12648823&db=pubmed&url=http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S0378874102003240 Links

Gastroprotective activity of Nigella sativa oil and its constituent, thymoquinone, against gastric mucosal injury induced by ischaemia/reperfusion in rats.

· El-Abhar HS,

· Abdallah DM,

· Saleh S.

Department of Pharmacology and Toxicology, Faculty of Pharmacy, Cairo University, Kaser El-Aini Street, 11562 Cairo, Egypt.

Ischaemia/reperfusion (I/R) induced gastric lesion, is known to be linked with free radical (FR) formation. Therefore, this model was used to assess the antioxidant effects of Nigella sativa oil (N.O) and thymoquinone (TQ) on gastric mucosal redox state and gastric lesions, 1 and 24 h after reperfusion. Male Wistar rats were subjected to I/R and were injected with either N.O (2.5 and 5 ml/kg, p.o) or TQ (5, 20, 50 and 100 mg/kg, p.o). The results showed that I/R elevated the levels of lipid peroxide (LPX) and lactate dehydrogenase (LDH), while decreased those of reduced glutathione (GSH) and superoxide dismutase (SOD). These biochemical changes were accompanied by an increase in the formation of gastric lesions, which was reduced by either treatment. N.O tended to normalize the level of LDH, GSH and SOD. However, its effect to restore LPX was only seen 24 h after reperfusion. Moreover, the aforementioned parameters were nearly reinstated by TQ. On the other hand, high doses of TQ (50 and 100 mg/kg) severely reduced the GSH content, 1 h after reperfusion. These results indicate that both N.O and TQ possess gastroprotective effect against gastric lesions which may be related to the conservation of the gastric mucosal redox state. Copyright 2002 Elsevier Science Ireland Ltd.

PMID: 12648823 [PubMed - indexed for MEDLINE]

1: Arch Toxicol. 2006 Apr;80(4):217-24./entrez/utils/fref.fcgi?itool=AbstractPlus-def&PrId=3055&uid=16240107&db=pubmed&url=http://dx.doi.org/10.1007/s00204-005-0037-1 /entrez/utils/fref.fcgi?itool=AbstractPlus-def&PrId=3055&uid=16240107&db=pubmed&url=http://dx.doi.org/10.1007/s00204-005-0037-1 Links

The antioxidative and antihistaminic effect of Nigella sativa and its major constituent, thymoquinone on ethanol-induced gastric mucosal damage.

· Kanter M,

· Coskun O,

· Uysal H.

Department of Histology-Embryology, Faculty of Medicine, Trakya University, Edirne, Turkey. mkanter65@yahoo.com

The aim of this study was to assess the possible protective effects of Nigella sativa (NS) and its constituent, thymoquinone (TQ) on ethanol-induced gastric mucosal damage in an experimental model. Forty male rats aged four months were divided into four groups (each group containing ten animals); the control group received physiologic saline (10 ml kg(-1)) and the ethanol group had taken 1 ml (per rat) absolute alcohol by gavage. The third and fourth groups also received NS (500 mg kg(-1)) and TQ (10 mg kg(-1)) by gavage 1 h before alcohol administration, respectively. Both drugs (NS and TQ) could protect the gastric mucosa against the injurious effect of absolute alcohol and promote ulcer healing as evidenced from the ulcer index values. Gastric damage was confirmed histomorphometrically by significant increases in the number of mast cells (MC) and gastric erosions in ethanol treated rats. The NS treatment significantly decreased the number of MC and reduced the area of gastric erosions. Likewise, TQ treatment was also able to reduce the number of MC and the gravity of gastric mucosal lesions, but to lesser extent compared to NS. Gastric tissue histamine levels and myeloperoxidase activities were found to be increased in ethanol treated rats, and NS or TQ treatment reversed these increases. Results obtained from this study suggest that both drugs, particularly NS could partly protect gastric mucosa from acute alcohol-induced mucosal injury, and these gastroprotective effects could be due to their antiperoxidative, antioxidant and antihistaminic effects.

PMID: 16240107 [PubMed - indexed for MEDLINE]



1: J Ethnopharmacol. 2002 Jan;79(1):1-11. Links

The effect of Nigella sativa oil against the liver damage induced by Schistosoma mansoni infection in mice.

· Mahmoud MR,

· El-Abhar HS,

· Saleh S.

Department of Pharmacology, Theodor Bilharz Research Institute, Imbaba, Giza, Egypt.

It has been reported that Nigella sativa oil possesses anticestode and antinematode actions. Besides, it produced a hepatoprotective effect in some models of liver toxicity. Therefore, our aim in this work was to study the effect of the Nigella oil (N.O) on Schistosomiasis mansoni infected mice. The oil was given in two dose levels (2.5 and 5 ml/kg, orally for two weeks) either alone or in combination with praziquantel (PZQ), the drug of choice for the treatment of schistosomiasis. Three aspects of drug action were investigated, the effect on Schistosomiasis mansoni infection, the effect on liver functions, and on redox state. The parasitological investigation included worm distribution, oogram pattern and ova count. Furthermore, liver granuloma diameters were measured. The biochemical parameters were the serum level of L-alanine aminotransferase (ALT), gamma-glutamyl transferase (GGT), alkaline phosphatase (AP), albumin (Alb) and total protein. Moreover, to assess the antioxidant capability of the Nigella oil, four parameters were studied, viz., liver lipid peroxide (LPD) and reduced glutathione (GSH) contents and the activity of the defence enzyme superoxide dismutase (SOD) and lactate dehydrogenase (LDH). When the oil was given alone, it reduced the number of S. mansoni worms in the liver and decreased the total number of ova deposited in both the liver and the intestine. Furthermore, it increased the number of dead ova in the intestinal wall and reduced the granuloma diameters markedly. When N.O was administered in combination with PZQ, the most prominent effect was a further lowering in the dead ova number over that produced by PZQ alone. Concerning the biochemical parameters, infection of mice with S. mansoni produced a pronounced elevation in the serum activity of ALT, GGT, with a slight increase in AP level. However, it tended to reduce serum albumin level. These changes were accompanied with an alteration in the liver contents of LPD and GSH along with a significant decline in the activity of the cytosolic SOD and LDH. Administration of Nigella sativa oil succeeded partially to correct the previous changes in ALT, GGT, AP activity, as well as the Alb content in serum. However, it failed in the liver to restore either LPD and GSH content or LDH and SOD activities to normal level. These results suggest that Nigella sativa oil may play a role against the alterations caused by S. mansoni infection, an effect which may be induced partly by improving the immunological host system and to some extent with its antioxidant effect.

PMID: 11744288 [PubMed - indexed for MEDLINE]

Source :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=pubmed&cmd=Display&itool=abstractplus&dopt=pubmed_pubmed&from_uid=14729430

Human & Experimental Toxicology, Vol. 22, No. 4, 193-203 (2003)

DOI: 10.1191/0960327103ht349oa

© 2003 SAGE Publications

Nigella sativa (black cumin) ameliorates potassium bromate-induced early events of carcinogenesis: diminution of oxidative stress

Naghma Khan

Sonia Sharma

Section of Chemoprevention and Nutrition Toxicology, Department of Medical Elementology and Toxicology, Faculty of Science, Jamia Hamdard (Hamdard University), New Delhi 110 062, India

Sarwat Sultana

Section of Chemoprevention and Nutrition Toxicology, Department of Medical Elementology and Toxicology, Faculty of Science, Jamia Hamdard (Hamdard University), New Delhi 110 062, India; sarwat786@rediffmail.com

Potassium bromate (KBrO3) is a potent nephrotoxic agent. In this paper, we report the chemopreventive effect ofNigella sativa (black cumin) on KBrO3-mediated renal oxidative stress, toxicity and tumor promotion response in rats. KBrO3 (125 mg/kg body weight, intraperitoneally) enhances lipid peroxidation, g-glutamyl transpeptidase, hydrogen peroxide and xanthine oxidase with reduction in the activities of renal antioxidant enzymes and renal glutathione content. A marked increase in blood urea nitrogen and serum creatinine has also been observed. KBrO3 treatment also enhances ornithine decarboxylase (ODC) activity and [3H] thymidine incorporation into renal DNA. Prophylaxis of rats orally with Nigella sativaextract (50 mg/kg body weight and 100 mg/kg body weight) resulted in a significant decrease in renal microsomal lipid peroxidation (P B-00.001), g-glutamyl transpeptidase (P B-0.001), H2O2 (P B-0.001) and xanthine oxidase (P B-0.05). There was significant recovery of renal glutathione content (P B-0.01) and antioxidant enzymes (P B-0.001). There was also reversal in the enhancement of blood urea nitrogen, serum creatinine, renal ODC activity and DNA synthesis (P B-0.001). Data suggest that Nigella sativa is a potent chemopreventive agent and may suppress KBrO3-mediated renal oxidative stress, toxicity and tumour promotion response in rats.



Key Words: Nigella sativa Linn • oxidative stress • potassium bromate • tumour promotion

Title: Acute and chronic metabolic study of Nigella sativa Linn.

Author: Khan, M.T.H. : Choudhuri, M.S.K.

Citation: Hamdard-Medicus (Pakistan). (Jan-Mar 1998). v. 41(1) p. 44-51.

Abstract: In the acute metabolic studies using mice as experimental animals KSJ showed an increase in food intake but almost no change to slight decrease in defaecation. Interestingly though there was no change in water intake buy. there was a large increase in the amount of urination. Though the month-long body weight gain study was not uniform in choosing initial weight of the experimental animals but it can be safely concluded that KSJ causes a decrease in body weight gain in rats of both the sexes. Male rats showed more variation in their gaining of body weight. In the organ-weight studies, there was an increase in weight of liver only in the female rats. The weight of kidney increased irrespective of the sex of the rat. Adrenal weight increased only in the male rats. Among the male gonads there was an increase in weight in cauda epididymides and seminal vesicles. Gross histopathological changes were noticed in the kidney and testes. Possible histopathological changes were noticed in the liver and small intestine. Abnormal changes were noted in the pancreas, stomach, glomeruli, urinary bladder, testes, adrenal cortex, adrenal medulla and lachrymal gland.

Review References: None

Notes: 6 ills., 4 tables, 12 ref. Summary (En).

Language: En (English)

Publication Type: J (Journal-Article); E (Summary)

Keywords: None

Source:
http://grande.nal.usda.gov/ibids/index.php?mode2=detail&origin=ibids_references&therow=682778

Anti-ulcer effect of Nigella sativa Linn.

against gastric ulcers in rats

B. Rajkapoor*, R. Anandan and B. Jayakar

Vinayaka Mission’s College of Pharmacy, Yercaud Road,

Kondappanaickanpatti, Salem 636 008, India

The effect of alcoholic extract of Nigella sativa was

investigated in rats to evaluate the anti-ulcer activity

by using two models, i.e. pyloric ligation and aspirininduced

gastric ulcer. The parameters taken to assess

anti-ulcer activity were volume of gastric secretion,

free acidity, total acidity and ulcer index. The

results indicate that the alcoholic extract significantly

(P <>

acid secretion, free acidity, total acidity and ulcer

index with respect to control.

For correspondence. (e-mail: rajkapoorb@yahoo.co.in)

CURRENT SCIENCE, VOL. 82, NO. 2, 25 JANUARY 2002 page 177

Received 12 April 2001; revised accepted 19 November 2001

Spectral Assignments and Reference Data

Structure of a new isobenzofuranone derivative from Nigella sativa Linn

B. S. Joshi 1, K. L. Singh 2, Raja Roy 1 *

1NMR Laboratory, Division of RSIC, Central Drug Research Institute, Lucknow, India

2Central Institute of Medicinal and Aromatic Plants, Lucknow, India

email: Raja Roy (
rajaroy_cdri@yahoo.com)

*Correspondence to Raja Roy, NMR Laboratory, Division of RSIC, Central Drug Research Institute, Lucknow 226 001, India.

CDRI Communication No. 6106.

Keywords

NMR; 1H NMR, 13C NMR; 1D NMR; 2D NMR; isobenzofuranone; Nigella sativa Linn

Abstract

The seeds of Nigella sativa Linn contain a new isobenzofuranone derivative, 5-hydroxy-2,2-dimethyl-2,8-dihydro-6H-furo[3,4-g]chromen-6-one (1), obtained from the CHCl3 extract. Complete 1H and 13C assignments of the compound were carried out using one-dimensional steady-state difference NOE together with HMQC and HMBC experiments. Copyright © 2001 John Wiley & Sons, Ltd.

Received: 30 April 2001; Revised: 5 July 2001; Accepted: 9 July 2001

Digital Object Identifier (DOI)

Source: http://www3.interscience.wiley.com/cgi-bin/abstract/88011394/ABSTRACT?CRETRY=1&SRETRY=0

Article title ANTI INFLAMMATORY ACTIVITIES OF NIGELLA SATIVA LINN (KALONGI, BLACK SEED)

Author Ahmad, M. Mahmud, H.

Journal title SCIENCE INTERNATIONAL -LAHORE-

Bibliographic details 2006, VOL 18; NUMB 2, pages 179-180

Publisher PUBLICATIONS INTERNATIONAL Country of publication Pakistan

ISBN ISSN 1013-5316

Language English

Pricing To buy the full text of this article you pay:

£5.00 copyright fee + service charge (from £7.45) + VAT, if applicable

Source: http://direct.bl.uk/bld/PlaceOrder.do?UIN=193451020&ETOC=RN&from=searchengine

BAB I

PENDAHULUAN



A. Latar Belakang

Obat tradisional merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang perlu digali dan dikembangkan lebih lanjut agar dapat dimanfaatkan secara maksimal dalam upaya peningkatan dan pemerataan kesehatan masyarakat.

Berbagai macam penyakit dari keluhan ringan maupun berat dapat diobati dengan cara memanfaatkan ramuan dari tumbuh-tumbuhan tertentu yang murah dan mudah didapatkan. Kelebihan dari pengobatan menggunakan ramuan tumbuhan secara tradisional adalah efek samping yang ditimbulkan relatif lebih kecil dibandingkan dengan obat-obatan sintesis.

Para ahli dari berbagai negara tidak henti-hentinya mengadakan penelitian dan pengujian berbagai tumbuhan yang secara tradisional dipakai untuk penyembuhan penyakit tertentu. Hasil penelitian dan pengujian secara ilmiah tersebut menunjukkan bahwa penggunaan tumbuhan tersebut dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini terbukti dari penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa ada komposisi kandungan kimia obat-obatan yang terdapat pada jenis tumbuhan tertentu yang telah dipakai oleh nenek moyang sebagai ramuan tradisional.

Kanker merupakan salah satu ancaman yang utama dalam dunia kesehatan. Penyakit ini ditakuti oleh sebagian besar manusia karena sifatnya yang mematikan dan belum ada obat yang poten. Hal ini disebabkan karena rendahnya selktifitas obat-obat antikanker yang digunakan maupun karena patogenesis kanker itu sendiri. Obat antikanker yang ideal seharusnya dapat membunuh sel kanker tanpa membahayakan jaringan sehat. Pada umumnya obat antikanker menekan pertumbuhan dan proliferasi sel serta menimbulkan efek toksik, karena juga menghambat pembelahan sel normal yang proliferasinya cepat (Ganiswarna dan Nafrialdi, 1995). Walaupun demikian usaha-usaha pencegahan dan pengobatan terus dilakukan. Salah satu diantaranya adalah pengobatan tradisional dengan memanfaatkan berbagai macam rempah, rimpang dan umbi biji.

Beberapa jenis rempah, rimpang dan umbi biji yang mampu mengobati sakit perut, disentri, keracunan jamur, kembung, batuk, radang lambung, gonorrhoea, lepra, digigit ular, wasir, cacar air (Wijayakusuma, 2004), sebagai anti histamin, antioksidan, antibiotik, anti mycotic dan penghambat bronchitis (Study of Oil Black Seed on Humans, American Scientists, 2004). Diketahui bahwa antioksidan bekerja melindungi tubuh terhadap jantung dan kanker.

Salah satu rempah, rimpang dan umbi biji yang dikembangkan untuk pengobatan tradisional masyarakat adalah biji Jinten Hitam (Nigella sativa , Linn). Kandungan aktif biji Nigella sativa mengandung asam lemak yang setelah dikaji dapat berfungsi sebagai anti tumor melawan sel-sel Ehrlich ascities carcinoma (ECA), Dalton lymphomia ascities (DLA and Sarcoma 180 (5 180). Sitotoksisitas 50% telah diteliti pada dosis pemakaian 1.5 mg, 3 mg and 1.5 mg, dengan hasil sedikit aktivitas melawan limfosit (Salomi et. al. 1992).

Studi tentang potensi jinten hitam terhadap anti tumor dilakukan oleh pusat penelitian Amala Research Center di Amala Nagar, Kerala (India) pada tahun 1991 mengacu pada pendapat Dr. Chakravarty untuk memanfaatkan jinten hitam dalam pengobatan kanker. Menggunakan asam lemak derivat Nigella sativa, studi dengan menggunakan tikus Swiss albino menujukkan bahwa unsur aktif ini menghambat perkembangan jumlah sel kanker yang disebut dengan Ehrlich ascites carcinoma (EAC). Tipe sel kanker umum yang kedua, yang juga dipakai adalah Dalton's lymphoma ascites (DLA). Tikus yang mendapatkan sel EAC dan Nigella sativa menunjukkan keadaan yang normal tanpa adanya tumor, menunjukkan bahwa secara aktif 100% mencegah perkembangan tumor EAC. Hasil di tikus yang menerima sel DLA dan Nigella sativa menunjukkan bahwa unsur aktifnya telah menghambat perkembangan tumor hingga 50% lebih baik daripada tikus yang tidak mendapatkan unsur aktif tersebut. Studi tersebut menyimpulkan, " Itu adalah bukti unsur aktif tersebut mengisolasi dari Nigella sativa sebagai penghambat anti-tumor, dan rantai panjang konstituen asam lemak mungkin sebagai komponen aktifnya" (Susilo. 2006a).

Berdasarkan dari data-data tersebut dapat dikatakan bahwa biji jinten hitam memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai material antikanker. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dalam rangka memberikan data ilmiah mengenai sitotoksisitas biji jinten hitam sebagai antikanker.



B. Identifikasi Masalah

1. Apakah ekstrak eter fraksi tidak larut etanol biji jinten hitam mempunyai efek sitotoksik sebagai antikanker.

2. Berapakah harga IC50 dari ekstrak eter fraksi tidak larut etanol biji jinten hitam terhadap sel T47D.



C. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada uji sitotoksik terhadap sediaan sel T47D menggunakan sediaan uji dari ekstrak eter fraksi tidak larut etanol biji jinten hitam (Nigella sativa, Linn).



D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini yaitu:

1. Apakah ekstrak eter fraksi tidak larut etanol biji jinten hitam (Nigella Sativa Linn) memiliki sifat sitotoksik terhadap sel T47D?

2. Berapakah harga IC50 dari ekstrak eter fraksi tidak larut etanol biji jinten hitam terhadap sel T47D?



E. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui apakah ekstrak eter fraksi tidak larut etanol biji jinten hitam memiliki sifat sitotoksik terhadap sel T47D.

2. Mengetahui berapakah harga IC50 dari ekstrak eter fraksi tidak larut etanol biji jinten hitam terhadap sel T47D.



F. Kegunaan Penelitian

Memberikan informasi kepada masyarakat luas pada umumnya dan penderita kanker pada khususnya mengenai penggunaan biji jinten hitam sebagai alternatif pengobatan kanker, serta sumbangan bagi ilmu pengetahuan.



BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Uraian Tumbuhan Nigella sativa, Linn

a. Klasifikasi tanaman

Klasifikasi Nigella sativa, L (Backer dan van der Brink, 1965) adalah sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Ranunculopsida Brongn.

Sub kelas : Ranunculidae Takht.

Ordo : Ranunculales Dumort.

Familia : Ranunculaceae Juss. /Buttercup

Genus : Nigella L.

Spesies : Nigella sativa, L

(Anonim, 2004a)

b. Nama lain

Nigella sativa mempunyai nama lain: kolonji, karijirigi ,black cumin, black seed, karun jiragam, tikur azmud, kalonji, fitch, fennel flower, svartkarve, habat et baraka, habba sauda, love-in-a-mist, onion seed, czanuzka siewna, mustkoomen, kalongi, black caraway, roman coriander, neidonkuka, charnushka, corekotu, faux cumin, cheveux de venus, nigelle, kaluduru, schwarzkummel, zwiebelsame, nidella, niguilla, pasionara, kalounji, munga realael, nutmeg flower, svartkummin, jinten hitam, karun jiragam, nigella, corekotu siyah (Susilo, 2006b).

c. Uraian tanaman

Tanaman setahun berbatang tegak, batang biasanya berusuk dan berbulu kasar, rapat atau jarang-jarang dan disertai dengan adanya bulu-bulu yang berkelenjar. Bentuk daun lancet berbentuk garis, panjang 1,5 cm sampai 2 cm, ujung meruncing, terdapat tiga tulang daun yang berbulu. Daun bagian bawah bertangkai dan bagian atas duduk. Daun pembalut bunga kecil. Kelopak bunga 5, bundar telur, ujungnya agak meruncing sampai agak tumpul, pangkal mengecil dan membentuk sudut yang pendek dan besar (Anonim, 1979).

Mahkota bunga pada umumnya 8, agak memanjang, lebih kecil dari kelopak bunga, berbulu jarang dan pendek. Bibir bunga dua, bibir bagian atas pendek, lanset, ujung memanjang berbentuk benang, ujung bibir bunga bagian bawah tumpul. Benang sari banyak, gundul. Kepala sari jorong dan sedikit tajam, berwarna kuning. Buah bulat telur atau agak bulat. Biji hitam, jorong bersudut tiga tak beraturan dan sedikit berbentuk kerucut, panjang 3 mm, berkelenjar (Anonim, 1979).

Biji-biji jinten hitam berukuran kecil dan pendek (panjangnya 1-2 mm), hitam, berbentuk trigonal dan tampak seperti batu api (geretan) di bawah mikroskop. Memiliki rasa yang kuat dan pedas seperti lada (Wijayakusuma, 2002).

Jenis bunga Nigella sativa ada dua macam, satu berwarna ungu kebirubiruan dan lainnya putih. Pertumbuhan bunga terletak pada bagian cabang, sementara itu daunnya saling tumbuh berseberangan secara berpasangan. Daun dibagian bawah bentuknya kecil dan pendek, sedangkan daun bagian atas lebih panjang (6 - 10 cm). Batang bunga tersebut bisa mencapai ketinggian 12-18 inchi. Nigella sativa adalah tumbuhan biseksual artinya dapat mengembangbiakkan dirinya sendiri, membentuk sebuah kapsul buah yang mengandung biji. Saat kapsul buah matang, ia akan membuka dan biji yang ada didalamnya akan mengudara dan berubah menjadi hitam, sehingga disebut Biji Hitam (Susilo, 2004)

d. Kegunaan di masyarakat

Biji jinten hitam (Nigella sativa, Linn)yang kerap digunakan bijinya, termasuk sebagai salah satu bahan bumbu dapur berbau khas. Biasanya, masakan-masakan daerah seperti dari Jawa dan Sumatera sering menambahkan bahan ini ke dalam masakannya. Jenis jinten, terbagi dalam dua rupa, yaitu jinten putih dan jinten hitam. Jinten yang sering dijadikan bumbu masak adalah jinten putih (Anonim, 2004b).

Khusus jinten hitam (Nigella sativa) ternyata banyak mengandung khasiat untuk mengatasi berbagai penyakit. Di beberapa daerah, biji yang juga disebut jinten hitam pahit di Malaysia ini juga digunakan sebagai peluruh keringat, peluruh kentut, perangsang, peluruh haid, dan memperlancar air susu ibu (ASI) (Anonim, 2004b).

Menurut Prof Hembing Wijayakusuma dalam bukunya Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia: Rempah, Rimpang, dan Umbi biji jintan hitam itu mampu pula mengobati sakit perut, disentri, keracunan jamur, kembung, batuk, radang lambung, gonorrhoea, lepra, digigit ular, wasir, cacar air, dan lain-lain. Untuk mendapatkan khasiat jintan hitam, bisa dilakukan dengan dua cara. Cara pertama adalah untuk pengobatan luar dengan menghaluskan bijinya (Wijayakusuma, 2002).

Bubuk jinten dihisapkan ke hidung (rhinitis dan influenza), atau dicampur dengan ramuan lain lalu ditempelkan pada bagian yang sakit. Cara kedua adalah dengan merebus biji atau bubuk jinten hitam dan dicampur bahan lain, lalu diminum. Untuk pemakaian luar, biasanya digunakan guna mengobati radang selaput lendir hidung (rhinitis), difteri (dioleskan ke seluruh tubuh), batuk rejan (dioleskan di dada dan leher), dan influenza (Wijayakusuma, 2002).

Penggunaan jintan hitem dengan cara kedua adalah untuk pengobatan sembelit, disentri, gonorhoea, batuk, digigit ular, keracunan jamur, radang lambung dan usus, serta muntah-muntah. Dalam pengobatan cacar air, 1 sendok teh jinten hitam dihaluskan bersama sebuah labu siam, 5 gram pinang, 3 lembar daun sirih, 1 siung bawang merah, 5 gram bangle, dan sebatang serai. Setelah itu, dicampur air masak dan disaring. Airnya diminum sehari tiga kali sebanyak tiga sendok makan (Wijayakusuma, 2002).

e. Kandungan Kimia

Nigella sativa mengandung nutrisi, minyak essensial dan asam lemak. Komposisi nutrisi biji Nigella sativa yaitu: protein 21%; karbohidrat 35%; lemak 35-38%. Nutrisi yang dikandung biji jinten hitam dalam 100 g kadar air yaitu: energi 531 kcal; protein 20,8 g; thiamin 1,5 mg; riboflavin 0,1 mg; piridoksin 0,5 mg; niacin 5,7 mg; kalsium 185,9 mg; iron 10,5 mg; copper 1,8 mg; zinc 6 mg; phosphorus 526 mg; folacin 0,061 mg (Susilo, 2006c).

Minyak Nigella sativa dengan komposisi minyak essensial 1,4% mengandung: carvone 21.1%; α-pinene 7.4%; sabinene 5.5%; β-pinene 7.7%; P-cymene 46.8%; lain-lain 11.5%. Minyak Nigella sativa juga mengandung asam lemak, yaitu: myristic acid (C14:0) 0.5%; palmitic acid (C16:0) 13.7%; palmitoleic acid (C16:1) 0.1%; stearic acid (C18:0) 2.6%; oleic asam (C18:1) 23.7%; linoleic acid (C18:2) (omega-6) 57.9%; linolenic acid (C18:3n-3) (omega-3) 0.2%; arachidic acid (C20:0) 1.3%. Asam lemak jenuh dan tak jenuh yang dikandung minyak

Nigella sativa yaitu: saturated acid 18,1 %; monounsaturated acids 23,8 %; polyunsaturated acids 58,1 % (Susilo, 2006c).

Nigella sativa juga terdiri dari minyak atsiri, minyak lemak, d-limonena, simena, glukosida, saponin, zat pahit, jigelin, nigelon, dan timokonon. (Republika, 2004) Monosakarida dalam bentuk glukosa rhamnose, xylose, arabinose non-starch polisakarida, arginin, asam linoleic (omega-6), asam linolenic (omega-3) (Wijayakusuma, 2002).

f. Ekologi dan Penyebaran

Jinten hitam (Nigella sativa, Linn) adalah tanaman yang tumbuh di berbagai belahan dunia, termasuk Saudi, Afrika Utara dan sebagian Asia. Nigella sativa merupakan bunga fennel dari keluarga Ranunculaceae dengan keanekaragaman kecil (Susilo, 2004). Tumbuh dari daerah Levant ke arah timur Samudera Indonesia sebagai gulma semusim (Anonim, 1979).

2. Metode penyarian

a. Simplisia dan Ekstrak

Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga. Kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia nabati yaitu simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman merupakan isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya dengan cara tertentu, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni (Anonim, 1995).

Pembuatan serbuk simplisia untuk percobaan laboratorium meliputi pembersihan dari bahan asing dan pengotor lain secara mekanik atau dengan cara lain yang cocok, dikeringkan pada suhu yang cocok, dihaluskan dan diayak (Anonim, 1995).

Ekstrak adalah sediaan pekat yang berasal dari tanaman atau hewan yang diperoleh dengan cara menyari zat-zat yang berkhasiat yang terkandung didalamnya dengan cairan penyari yang cocok, kemudian seluruh atau sebagian pelarutnya diuapkan, dan serbuk atau massa yang tertinggal disesuaikan keadaanya dengan baku yang telah ditetapkan (Anonim, 1995).

b. Cairan Penyari (menstruum)

Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan banyak faktor. Cairan penyari harus memnuhi syarat-syarat sebagai berikut: murah dan mudah diperoleh, stabil fisis dan khemis, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan tidak mudah terbakar, selektif dan tidak mempengaruhi zat berkhasiat (Anonim, 1995).

c. Penyarian (ekstraksi)

Penyarian merupakan peristiwa pemindahan massa zat aktif yang semula berada dalam sel ditarik oleh cairan penyari sehingga terjadi larutan zat aktif dalam cairan penyari tersebut. Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari makin luas. Dengan demikin, makin halus serbuk simplisia, seharusnya makin baik penyariannya. Tetapi dalam pelaksanaanya tidak selalu demikian karena penyarian masih tergantung juga pada sifat fisik dan kimia simplisia yang bersangkutan. Cara penyarian dapat dibedakan menjadi: infundasi, maserasi, perkolasi dan penyarian berkesinambungan (Anonim, 1986).

1) Infundasi

Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 90°C selama 15 menit. Infundasi adalah proses penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut dalam air dan bahan-bahan nabati. Penyarian dengari cara ini menghasilkan sari yang tak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Anonim, 1986).

2) Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif sehingga zat aktif akan larut. Karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel, maka larutan yang terpekat di desak keluar. Cairan penyari yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain.

Keuntungan cara penyarian ini, adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Sedangkan keinginannya adalah waktu pengerjaan larva dan penyarian kurang sempurna (Anonim, 1986).

3) Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsipnya serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dan atas ke bawah melalui serbuk tersebut sehingga akan melarutkan zat aktif. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendini dan cairan di atasnya, dikurangi dengan gaya kapiler yang cenderung untuk menahan. Alat yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator. Larutan zat aktif yang keluar dan perkolator disebut sari atau perkolat, sedangkan sisa penyarian disebut ampas atau sisa perkolasi. Cara perkolasi lehih baik dibandingkan cara maserasi karena aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah sehingga meningkatkan derajat perbedaan konsentrasi dan ruangan diantara butir-butir serbuk simplisia membentuk saluran kapiler kecil sehingga kecepatan pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas yang akibatnya dapar meningkatkan perbedaan konsentrasi (Anonim, 1986).

4) Penyarian berkesinambungan

Ketiga proses di atas adalah proses untuk menghasilkan ekstrak cair yang akan dilanjutkan dengan proses penguapan. Penyarian berkesinambungan menggabungkan kedua proses itu. Alat ekstraksi yang digunakan disebut soxhlet. Prinsip kerjanya adalah serbuk yang akan diekstraksi diletakkan pada selongsong (terbuat dan kertas saring yang kuat) dan ditempatkan pada bagian dalam alat soxhlet. Kemudian dipasang labu alas bulat yang sesuai dengan ukurannya, diisi pelarut melalui bagian atas alat soxhlet, sehingga terjadi 2x sirkulasi. Pada bagian atas dipasang pendingin balik. Jika pelarut dididihkan uap akan keluar ke atas melalui pipa menuju pendingin balik dan akan dikondensasikan. Uap yang telah dikondensasikan akan turun dengan tetesan pelarut dan kemudian jatuh ke selongsong yang berisi bahan yang diekstraksi. Larutan akan berkumpul dan setelah larutan mencapai tinggi maksimal di atas soxhlet, secara otomatis larutan akan turun mengalir ke dalam labu alas bulat. Dengan demikian bahan dikatakan telah mengalami lx sirkulasi. Proses ini akan terjadi terus menerus secara otomatis sampai ekstraksi sempurna. Selanjutnya senyawa hasil ekstraksi dapat diambil dari larutan yang terkumpul dari labu alas bulat. Keuntungan metode ini adalah cairan penyari yang dibutuhkan lebih sedikit, zat aktif yang diperoleh lebih banyak dan penyarian dapat diteruskan sesuai dengan keperluan tanpa menambah volume cairan penyari. Sedangkan kerugiannya adalah larutan dipanaskan terus menerus sehingga yang zat aktifntya tidak tahan pernanasan kurang cocok dilakukan dengan metode ini (Anonim, 1986).

3. Kanker

Kanker adalah suatu penyakit dimana terjadi pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Kanker terjadi akibat perubahan pada mekanisme kontrol yang mengatur proliferasi dan diferensiasi sel. Sel-sel kanker akan terus membelah diri, terlepas dari pengendalian pertumbuhan dan tidak lagi menuruti hukum-hukum pembiakan. Bila pertumbuhan ini tidak cepat dihentikan dan diobati, maka sel kanker akan berkembang terus. Sel kanker akan tumbuh menyusup ke jaringan sekitarnya (invasif), lalu membuat anak sebar (metastasis) ketempat yang lebih jauh melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Selanjutnya akan tumbuh kanker baru ditempat lain sampai akhirnya menyebabkan kematian penderitanya (Dalimartha, 2002).

Perbedaan sel kanker dengan sel normal secara fisiologik adalah pada sel kanker kontrol pertumbuhan sudah hilang, daya lekat sel yang satu dengan yang lain berkurang atau hilang., inhibisi kontak sudah tidak ada, sistem enzim lebih sedikit jumlah dan macamnya, enzim untuk pertumbuhan besar, sedangkan pada sel normal inhibisi kontak masih ada, sistem enzim lebih banyak jumlah dan macamnya serta enzim untuk pertumbuhan lebih kecil (Mu1yadi, 1996).

Enam perubahan penting dalain fisiologi sel kanker merupakan manifestasi dan ciri khas sel kanker. Keenam macam perubahan fisiologis tersebut adalah:

a. Mampu mencukupi kebutuhan akan signal pertumbuhan

Sel normal membutuhkan sinyal pertumbuhan mitogenik sebelum dapat bergerak dan fase istirahat ke fase proliferasi aktif. Sinyal ini dihantarkan ke dalam sel oleh reseptor transmembran yang mengikat molekul signal tertentu df fusible growth factor, komponen matriks ekstraseluler dan adhesi antar sel. Tidak ada sel normal yang dapat berproliferasi tanpa ada sinyal rangsangan. Sel tumor dapat menghasilkan banyak sinyal pertumbuhannya sendiri sehingga ketergantungannya pada rangsangan dari luar sangat berkurang (Hanahan and Weinberg, 2000).

b. Mempunyai kernampuan replikasi tak terbatas

Pemenuhan sinyal pertumbuhan secara otonom, insensitivitas terhadap sinyal antiproliferatif dan resistensi terhadap apoptosis memungkinkan sel dapat terus berproliferasi (Hanahan and Weinberg, 2000).

c. Tidak sensitif terhadap signal anti pertumbuhan

Pada sel normal banyak sinyal antiproliferasi mengatur cell cycle dan menjaga homeostasis jaringan, sedangkan pada sel kanker gen-gen yang memproduksi protein antiproliferatif banyak terganggu bahkan tidak ada (deleted) (Hanahan and Weinberg, 2000).

d. Mempunyai mekanisme angiogenesis

Sel kanker mampu menginduksi angiogenesis untuk mencukupi kebutuhannya akan oksigen dan nutrisi. Aktivitas oncogen atau hilangnya tumor supressor gen pada sel kanker dapat menaikkan regulasi sinyal angiogenesis melalui VEGF (vascular endothelial growth factor) dan FGF (fibroblast growth factor) (Hanahan and Weinberg, 2000).

e. Kemampuan sel melakukan metastasis dan invasi

Sel kanker mampu menginvasi jaringan disekitarnya membentuk metastasis (anak sebar). Penempatan sel tumor ditempat yang jauh inilah yang menyebabkan 90% kematian penderita (Hanahan and Weinberg, 2000).

f. Mampu menghindari mekanisme apoptosis

Pada sel normal ada mekanisme kematian sel yang terprogram yaitu apoptosis. Sel kanker dapat menjadi resisten terhadap apoptosis dengan cara menghilangkan regulator proapoptotik melalul mutasi yang melibatkan tumor suppressor gen (gen p53). p53 ini mencegah replikasi DNA yang rusak dan mendorong penghancuran sendiri dan sel yang mengandung DNA tidak normal (Hanahan and Weinberg, 2000).

4. Nyeri kanker

Nyeri terjadi pada sekitar sepertiga penderita yang menerima pengobatan antikanker dan penanggulangan nyeri merupakan salah satu tujuan utama pengobatan. Nyeri pada penderita kanker mungkin disebabkan oleh kanker itu sendiri (sampai sejauh ini yang paling umum), berkaitan dengan kanker (misalnya kejang otot, sembelit), berkaitan dengan pengobatan antikanker (misalnya nyeri kronis pada bekas luka pasca bedah), dan penyebab terakhir yang rnugkin terjadi disebabkan oleh kelainan pada waktu yang sama (misalnya: asteoartritis) (Musadad, 1997).

Banyak penderita kanker lanjut mengalami nyeri ganda akibat beberapa penyebab dalam kelompok tersebut diatas. Kanker sendiri menyebabkan nyeri karena penyebaran ke jaringan lunak, keterlibatan organ dalam, keterlibatan tulang, penekanan saraf, kerusakan saraf, dan peningkatan tekanan dalam tengkorak (Musadad, 1997).

5. Karsinogenesis

Karsinogenesis merupakan proses terjadinya kanker yang berlangsung sangat lama. Hal mi disebabkan karena dibutuhkan sejumlah banyak pembelahan sel untuk mengubah suatu sel normal menjadi tumor (Schneider, 1997).

Secara umum terdapat dua faktor yang dapat menyebabkan terjadi kanker, yaitu faktor dari dalam tubuh yang meliputi mutasi, penambahan atau kehilangan material genetik, dan perubahan ekspresi gen. Sedangkan faktor dan luar meliputi: virus, senyawa kimia, dan radiasi (Thurston and Lobo, 1998).

Fase-fase dan karsinogenesis meliputi inisiasi, promosi, progresi dan metastasis. Insisiasi merupakan fase pertama dan merupakan hasil dan adanya perubahan genetik yang menyebabkan terjadinya proliferasi abnormal dari satu sel. Perubahan ini mungkin disebabkan karena mutasi, letapi sebagian besar terjadi pada sel tubuh karena kesalahan selama proses mitosis atau karena pengaruh zat-zat yang bersifat karsinogenik. Promosi merupakan lanjutan dari inisiasi dimana sel mendapat keuntungan pertumbuhan selektif, yang menyebabkan pertumbuhan yang cepat dan pembentukan menjadi suatu tumor benigna. Promosi terjadi karena adanya random error selama pembelahan sel karena pemaparan karsinogen spesifik seperti hormon dan diet lemak. Pada progresi, perubahan genetik lebih lanjut menyebabkan koloni dari sel bertambah potensi pertumbuhannya dan sifat lain seperti pertambahan mobilitas dan pembentukan sistem sirkulasi yang disebut angiogenesis. Metastasis melibatkan banyak tahapan terpisah, termasuk peimsahan sel kanker dan tumor primer, masuk dalam sistem limfatik dan perlekatan pada pennukaan jaringan yang baru (Schneider, 1997).

6. Daur sel (cell cycle progresion)

Proses proliferasi sel berlangsung melalui suati siklus pembelahan yang dinamakan daur sel (cell cycle), mekanisme pembelahan sel secara substansial adalah sama pada semua sel (Mutschler, 1991).

Pada sel kanker mekanisme ini tidak berjalan semestinya. Pada keadaan tertentu, yaitu sel normal masuk kedalam keadaan G0, maka sel kanker meneruskan pembelahan selnya (Foye, 1996). Sel dalam keadaan istirahat yang masih potensial untuk berproliferasi disebut klonogenik atau sel induk (stem cell). Jadi yang menambah jumlah sel kanker ialah sel yang dalam siklus proliferatif dan dalam fase G0 (Ganiswarna dan Nafrialdi, 1995).

Tidak seperti sel normal, sel kanker berhenti tidak hanya pada keadaan istirahat, tapi pada tahap mana saja dalam daur. Bila dipertahankan pada keadaan istirahat yang abnonmal ini sel-sel tersebut nantinya tidak dapat melakukan kembali daur sel, melainkan mati (Foye, 1996).

7. Apoptosis

Apoptosis merupakan kematian sel terprogram atau program bunuh diri yang memerlukan mRNA dan sintesis protein tertentu. Apoptosis dipengaruhi oleh proses fisiologis, berfungsi mengeliminasi sel yang tidak diinginkan atau tidak berguna selama proses pertumbuhan sel dan proses biologis normal lainnya. Proses apoptosis memiliki beberapa tahap, diantaranya membran sel blebbing tapi tidak kehilangan integritasnya, agregasi kromatin dan membran inti, sitoplasma menyusut dan terjadi kondensasi inti, berakhir dengan fragmentasi sel menjadi badan-badan apoptosis. Proses ini tidak mengakibatkan sel kehilangan kandungan internalnya dan tidak menyebabkan respon inflamasi (Wyllie et al., 2000).

Apoptosis berbeda dengan nekrosis. Nekrosis terjadi ketika sel mengalami perubahan kondisi fisiologis yang ekstrim sedangkan apoptosis terjadi pada fisiologis normal, Nekrosis merupakan proses patologis karena adanya pemaparan melalui tekanan fisik atau pemaparan kimia yang secara signifikan mempengaruhi sel. Proses terjadinya apoptosis dan nekrosis juga berbeda, pada nekrosis terjadi kerusakan integritas membran menyebabkan masuknya komponen ekstraseluler sehingga sel mengalarni pertambahan volume yang diakhiri dengan lisis sel. Sedangkan pada apoptosis terjadi agregasi kromatin, fragmentasi DNA dan terbentuknya badan apoptosis atau apoptosis bodies (Wyllie el at., 2000).

8. Estrogen dan Kanker

Estrogen dapat memacu ekspresi protein-protein yang berperan dalam cell cycle progression, seperti CycD1, CDK4, CycE, dan CDK2. Aktivasi reseptor estrogen juga berperan dalam aktivasi beberapa onkoprotein seperti Ras dan myc (Foster et al., 2001). Aktivasi Ras mengakibatkan adanya pertumbuhan berlebih melalui aktivasi onkoprotein yang lain seperti PI3K, AKT, Raf, dan ERK. Protein myc merupakan protein faktor transkripsi yang penting untuk pertumbuhan, sedang CycD1 merupakan protein penting dalam kelangsungan cell cycle progression sehingga aktivasi tersebut akan menyebabkan perkembangan kanker yang dipercepat (Hanahan and Weinberg, 2000).

10. Sel Kanker Payudara T47D

Sel kanker payudara T47D merupakan suatu sel yang morfologinya seperti sel epitel yang diambil dari jaringan payudara seorang wanita berumur 54 tahun. Sel ini dapat ditumbuhkan dengan medium penumbuh RPMI 1640 dengan fetal bovine serum 10 % dan antibiotik bebas pada suhu 370 C dan dapat tumbuh secara kontinyu, menempel pada dasar flask (Anonim, 2004b). Morfologi sel T47D dapat dilihat pada Gambar 6. Sel T47D merupakan sel kanker payudara ER/PR-positif (Schafer et al., 2000). Induksi E2 eksogen mengakibatkan peningkatan proliferasinya (Verma et al., 1998).

Pada sel ini p53 mengalami missense mutation pada residu 194 (dalam zinc-binding domain L2) sehingga p53 kehilangan fungsinya. Jika p53 tidak dapat berikatan dengan response element pada DNA, maka kemampuannya untuk regulasi cell cycle dapat berkurang atau hilang (Schafer et al., 2000).

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Dari hasil penelitian Cancer Immuno-biology Laboratory, south Carolina bahwa Nigella sativa, L. menstimulasi sumsum di tulang dan imunitas sel serta produksi interferon, melindungi sel-sel normal melawan virus perusak sel, melawan sel tumor dan meeningkatkan jumlah anti bodi yang memproduksi sel B (Susilo, 2006).

Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Dr. Ahmad Al-Qadhy dan rekan-rekannya pada tahun 1986, ia melakukan penelitian di Amerika tentang pengaruh Nigella sativa, L. terhadap sistem kekebalan tubuh (imuniti) manusia. Penelitian yang dilakukan dalam dua tahap itu menghasilkan kesimpulan pertama: Kelebihan prosentase The Helper T-Cell atas suppresor cells ts mencapai 55% dan ada sedikit kelebihan atas killer cell orcytoxic sebanyak 30%.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Department of Pharmacology and Toxicology, College of Pharmacy, Al-Azhar University, Nasr City, Kairo, Mesir menyatakan bahwa Nigella sativa, L. menyerang thymoquinone dari doxorubicin-induced hyperlipidemic nephropathy pada tikus (Badary, O.A.N.A.B. Abdel, et al. ,2000).

Dengan pertimbangan tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang uji sitotoksisitas ekstrak eter fraksi tidak larut etanol biji jinten hitam dengan harapan dapat dikembangkan sebagai obat kanker yang poten.

C. Kerangka Berfikir

Biji jinten hitam (Nigella sativa, L.) mengandung asam lemak tak jenuh, misalnya linoleic dan asam gammalinolen yang masuk dalam tubuh. Asam ini memungkinkan untuk pencapaian sistesis yang merupakan sistem kekebalan tubuh yang penting, yang meregulasi subtansi-subtansi yang merupakan turunan dari prostaglandin E1, asam linoleic menstabilkan membran sel dan prostaglandin memiliki efek menghambat radang. Hal ini menghentikan reaksi kekebalan tubuh yang menyebabkan penyakit kronis seperti jerawat dan demam karena alergi hingga dapat menyebabkan kanker (Susilo, 2006c).

D. Hipotesis

Ekstrak eter fraksi tidak larut etanol biji jinten hitam (Nigella sativa, Linn) memiliki daya sitotoksisitas terhadap sel T47D.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Bahan dan Alat yang digunakan

1. Bahan penelitian

a. Senyawa uji

Senyawa uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak eter fraksi tidak larut etanol biji jinten hitam (Nigella Sativa Linn). Ekstrak diperoleh dengan pemisahan menggunakan kromatografi kertas dengan fase gerak asam asetat.

b. Uji sitotoksisitas

Cell line T47D (koleksi Dr. Edy Meiyanto, M.Si., Apt. yang diperoleh dari Prof. Tatsuo Takea, Nara Institute of Science and Technology (NAIST), Jepang), medium RPMI 1640, medium PRF (phenol red free) RPMI 1640, medium penumbuh mengandung growth factor 10 % FBS (Fetal Bovine Serum) - 0,5 % fungison - 2 % antibiotik penisilin dan streptromisin (GIBCO), DMSO, natrium karbonat (E.Merck), kertas saring 0,2 mm, akuades, hepes, dan tripsin (Sigma), Phospat Buffered Saline (PBS), larutan MTT (3-(4,5-dimetiltiazol-2-il)-2,5-difeniltetrazolium bromida) 5 mg/mL PBS, larutan sodium dodecyl sulphate (SDS) 10 % dalam HCl 0,01 N.

2. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tangki nitrogen cair, mikroskop fluoresensi (Zeiss MC 80), mikroskop fase kontras (Olympus), penangas air, sentrifus Sigma 3K12 (B. Braun Biotech International), inkubator CO2 (NuaireTM IR autoflow), Laminar air flow cabinet (Nuaire), ELISA reader (SLT 240 ATC), hemocytometer (Nebauer), tabung conical steril (Nunclone), tissue culture flask (Nunclone), ampul, plate, pH meter (Toa Electrics Ltd), mikroplate 96 sumuran (Nunclone), mikropipet (Gilson), vorteks (Genie), timbangan elektrik (Sartorius)

3.Prosedur Penelitian

a.Preparasi sel

Sel yang inaktif dalam wadah ampul diambil dari tangki nitrogen cair dan segera dicairkan pada suhu 370C kemudian ampul disemprot etanol 70 %. Ampul dibuka dan sel dipindahkan ke dalam tabung conical steril yang berisi medium RPMI 1640. Suspensi sel disentrifuge 3000 rpm selama 5 menit, kemudian bagian supernatan dibuang, pellet ditambah 1 ml medium penumbuh dengan FBS 10 %, diruspensikan perlahan hingga homogen, selanjutnya sel ditumbuhkan dalam beberapa tissue culture flask kecil (3-4 buah), diinkubasikan dalam inkubator suhu 370 C CO2 5%. Setelah 24 jam, medium diganti dan sel ditumbuhkan lagi hingga konfluen dan jumlahnya cukup untuk penelitian.

b.Panen sel

Setelah jumlah sel cukup, medium dibuang dan sel dicuci koloninya dengan cara ditambah larutan PBS dan jika perlu resuspensikan perlahan, larutan tersebut dibuang, sel ditambah larutan tripsin 2,5 % sebanyak 1 ml, agar merata ditambah larutan PBS 3 ml, diamkan selama sekitar 3-5 menit agar tripsin bekerja dengan baik. Sel dipindah ke dalam tabung konikal steril dan ditambah PBS sampai volume 10 ml dan disentrifuge 3000 rpm selama 3 menit. Sel dicuci dua kali menggunakan medium yang sama dan dihitung jumlah selnya menggunakan hemocytometer. Suspensi sel ditambah sejumlah medium kultur sehingga memperoleh konsentrasi sel sebesar yang diperlukan.

c.Pembuatan larutan uji

Larutan stok PGV-1 dibuat dengan konsentrasi 0,5 x 105 µM sebanyak 1 ml sehingga diperlukan PGV-1 sebanyak 17,4025 mg dalam 1 ml DMSO pro kultur. Larutan stok E2 dibuat dengan konsentrasi 1 x 10-2 M sehingga diperlukan E2 sebanyak 2,724 mg dalam 1 ml pelarut etanol absolut. Larutan stok dimasukkan ke dalam eppendorf steril, ditutup dan dilapisi dengan parafilm serta disimpan dalam lemari es. Selanjutnya untuk kali tiap perlakuan, dibuat seri konsentrasi PGV-1 dengan cara mengencerkan larutan stock. Konsentrasi E2 yang digunakan untuk kali tiap perlakuan adalah 1 x 10-8 M (Buteau-Lozano et al., 2002), dibuat dengan cara mengencerkan larutan stock. Pembuatan larutan stock maupun seri kadar larutan untuk perlakuan dilakukan secara aseptis di dalam LAF-cabinet.

d. Uji sitotoksisitas

Suspensi sel dalam medium PRF RPMI 1640 sebanyak 100 ml (kepadatan 1,5 X 104 sel/sumuran) dimasukkan ke dalam plate 96 sumuran berbeda dan plate diinkubasi selama 24 jam dalam inkubator CO2 5%. Medium diganti dengan medium yang telah ditambah E2 sehingga konsentrasi akhir E2 pada sumuran adalah 10-8 M kecuali pada kontrol sel. Kemudian ditambahkan sampel 100 ml dalam medium pada tiap sumuran yang berbeda sehingga diperoleh kadar akhir sampel dengan variasi kadar tertentu (PGV-1: 10; 5; 2,5; 1; 0,5; 0,25 mM dan kurkumin: 50; 25; 15; 10; 5; 2,5 mM). Selanjutnya plate diinkubasi dalam inkubator CO2 5% selama 48 jam pada suhu 37o C. Pada akhir inkubasi, medium pada masing-masing sumuran dibuang dan dicuci dengan PBS, kemudian ditambahkan 100 ml medium baru dan 15 ml MTT 0,5 % dalam PBS. Plate diinkubasi lagi selama 6 jam pada suhu 37° C. Sel hidup akan bereaksi dengan MTT membentuk formazan yang berwarna ungu. Formazan dilarutkan dalam larutan SDS, lalu diinkubasi selama 12 jam pada suhu kamar. Serapan dibaca dengan ELISA reader pada panjang gelombang 550 nm.

Data yang didapat dihitung dengan menggunakan rumus:

% viability cells = (abs p-abs m)/(abs k-abs m) x 100%

abs p : absorbansi perlakuan

abs k : absorbansi sel kontrol

abs m : absorbansi medium

Kemudian dilanjutkan analisis statistik dengan uji korelasi menggunakan metode probit untuk menentukan persamaan garis regresi dan menentukan harga IC50.

I. Analisis Data

1. Uji sitotoksisitas

Data yang didapat dihitung dengan menggunakan rumus:

% viability cells = (abs p-abs m)/(abs k-abs m) x 100%

abs p : absorbansi perlakuan

abs k : absorbansi sel kontrol

abs m : absorbansi medium

Kemudian dilanjutkan analisis statistik dengan uji korelasi menggunakan metode probit untuk menentukan persamaan garis regresi dan menentukan harga IC50.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1979. Materia Medika Indonesia. Jilid III. Departemen Kasehatan RI: Jakarta.

Anonim. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Departemen Kasehatan RI: Jakarta.

Anonim. 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kasehatan RI: Jakarta.

Anonim. 2004a. Vernacular names of plants within the Genus Nigella. http://www.crescentbloom.com/Plants/Genus/N/i/Nigella.htm.

Anonim. 2004b. Medika. http://www.republika.co.id.htm

Anonim. 2006. Cell cycleI. http://www.humanpath.com

Badary, O.A.N.A.B. Abdel, et al. .2000. in Susilo 2006a.

Dalimartha, S. 2002. Ramuan Tradisional untuk Pengobatan Kanker. Penebar Swadaya: Jakarta.

Foye, S. 1996. Function in Mice to Promote Apoptosis and Suppress Proliferation Cell.

Ganiswarna, D dan Nafrialdi. 1995. Antikanker, dalam Farmakologi dan Terapi, edisi IV. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI: Jakarta.

Hanahan, D., Weinberg, R. A. 2000. The Hallmark of Cancer cell, vol 100.

King, R.J.B. 2000. Cancer Biology. Second Edition. Pearson Education Limited: London.

Mulyadi. 1996. Kanker, Karsinogenesis dan AntikankerI. Tiara Wacana: Yogyakarta.

Musadad. 1997. Pereda Nyeri Kanker. Edisi ke-2. ITB Press: Bandung.

Mutschler, E. 1991. Dinamika Obat Buku Ajar Farmakologi dan Toksikologi edisi ke-5, diterjemahkan oleh mathilda B. Widianto dan Anna Setiadi Ranti, 701. ITB: Bandung.

Salomi et. al. 1992. in Susilo. 2006a.

Schneider, A.K. 1997. Cancer Ganasis, Encyclopedia of Human Biology, Second Edition. Academy Press.

Susilo. 2004. Apa Itu Habbatussauda. http://habbat.com/madu/index.php?option =com_content&task=sentence=1&id=1&Itemid=2

Susilo. 2006a. Penelitian dan Studi Farmasi Modern. http://habbat.com/madu/ index.php?option=com_content&task=view&id=9&Itemid=2.

Susilo. 2006b. Tabel Istilah Habbatussauda. http://habbat.com/madu/index.php? option=com_content&task=category&sectionid=1&id=1&Itemid=2.

Susilo. 2006c. Analisis Kimia Kandungan Habbatussauda. http://habbat.com/ madu/index.php?option=com_content&task=category&sectionid=1&id=1&Itemid=2.

Susilo. 2006d. Kajian Ilmiah Habbatussauda. http://habbat.com/madu/index.php? option=com_content&task=1&id=1&Itemid=2

Thurston, D.E., and Lobo, G.G.M.J. 1998. The Chemoterapy of Cancer Introduction ti the Principles of Drug Design and Action, Third Ediyion. In Smith, H.C.J.C.F. Harwood Academic Publusher: Singapore.

Wijayakusuma, Hembing. 2004. Atasi Cacar Air dengan Jintan Hitam. http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=2&id=152852&kat_id=105&kat_id1=150.

Wyllie, A.H., Kerr, J.F., Curie, A.R. 1980. Cell Death : The Significant of Apoptosis. Int. Rev cytol, 68

Sumber tulisan: http://medihasa.blogspot.com/

=====================================================================================================

NRM: 20030310025

Peneliti: Betaningrum Dwi Aryani

Judul: Efek komoprefentif ekstrak etanolik biji jinten hitam (Nigella Sativa) pada insiden dan tumor multiplicity kanker kulit mencit terinduksi

Pembimbing:Sri Tasminatun, M.Si, Apt

Tanggal:1-3-2006

http://www.fk.umy.ac.id/info/kti032006.htm



Prev: Bangun Budaya Baca Tulis Dengan Blog

Next:
Trik Berkebun secara Komersil di Gedung Bertingkat (Masuk kompascommunity.com Lagi :))



HABBATUSSAUDA OBAT SEGALA MACAM PENYAKIT KECUALI KEMATIAN (HR. BUKHARI MUSLIM) UNTUK PEMESANAN HUBUNGI BIN MUHSIN HP:085227044550 EMAIL: binmuhsin_group@yahoo.co.id friendster: ujang_bmz@yahoo.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar